Prodi Ilmu Komunikasi UNES Adakan Kuliah Umum International bersama University of Technologi Pakista 2025-06-14 | by Rudi. Kuliah Umum Internasional "The Power of Public Speaking: Turning Anxiety into Strength" Lahore, Pakistan Sabtu, 14 Juni 2025 School of Media and Communication Studies (SMCS), University of Management and Technology (UMT) Pakistan, menggelar kuliah umum internasional bertajuk The Power of Public Speaking: Turning Anxiety into Strength dengan menghadirkan narasumber istimewa dari Indonesia, Dr. Sumartono, S.Sos., M.Si., CPS., CSES., FRAEL., WRFL., dosen senior dan pakar komunikasi publik dari Universitas Ekasakti, Padang. Kegiatan ini berlangsung pada pukul 09.00 waktu Pakistan atau 11.00 WIB (Waktu Indonesia Barat) dan diikuti oleh mahasiswa, akademisi, serta praktisi komunikasi dari berbagai negara. Dalam kesempatan ini, Dr. Sumartono membagikan wawasan praktis dan inspiratif mengenai bagaimana mengubah kecemasan berbicara di depan umum menjadi kekuatan personal yang efektif dalam komunikasi. Dalam presentasinya, Dr. Sumartono membawakan materi yang menyentuh langsung pengalaman banyak orangtentang bagaimana berbicara di depan umum bukan hanya sebuah keterampilan teknis, tetapi juga seni mempengaruhi, membangun koneksi, dan membangkitkan kepercayaan diri. Public speaking menjadi powerful bukan semata-mata karena isi pesan yang disampaikan, tetapi karena kemampuan pembicara menyampaikan pesan dengan empati, ketulusan, dan kejelasan emosional. Dr. Sumartono menjelaskan bahwa kekuatan berbicara di depan publik terletak pada tiga elemen utama: 1. Kejelasan Pesan: Sejauh mana audiens memahami maksud pembicara. 2. Kekuatan Emosi: Kemampuan membangkitkan perasaan, harapan, atau inspirasi. 3. Kredibilitas Personal: Bagaimana kehadiran, bahasa tubuh, dan suara pembicara menciptakan kepercayaan. Public speaking yang efektif mampu menggerakkan opini, memengaruhi keputusan, bahkan menginspirasi perubahan sosial. Dr. Sumartono juga menggali sisi personal yang seringkali menjadi penghalang utama dalam public speaking: kecemasan. Ia mengenalkan konsep glossophobia, yaitu rasa takut yang berlebihan saat harus berbicara di depan orang banyaksebuah fenomena umum yang dialami oleh hampir semua orang, termasuk pembicara profesional. Beberapa gejala yang sering muncul antara lain: 1). keringat dingin, 2). Jantung berdebar cepat, 3). Pikiran terasa kosong atau kacau. Dr. Sumartono juga menjelaskan penyebab utama dari kecemasan ini bisa berasal dari: 1. rasa takut dinilai atau dihakimi oleh audiens. 2. Kurangnya persiapan yang memadai. 3. Pengalaman buruk di masa lalu yang tertanam dalam memori.Namun, Dr. Sumartono menekankan bahwa kecemasan bukanlah musuh, melainkan energi alami yang bisa diarahkan menjadi kekuatan presentasi, jika seseorang mampu memahami, menerima, dan mengelolanya dengan strategi yang tepat. Kecemasan saat berbicara di depan umum adalah hal yang sangat manusiawi. Bahkan para pembicara hebat di dunia, termasuk tokoh-tokoh sekelas Barack Obama dan Oprah Winfrey, pernah mengalami rasa takut dan gugup sebelum naik ke panggung. Fenomena ini dikenal sebagai glossophobia, ketakutan berbicara di depan publik yang dapat menimbulkan gejala fisik seperti jantung berdebar, telapak tangan berkeringat, hingga pikiran terasa kosong. Kecemasan ini bukan sekadar masalah psikologis; ia adalah respons alami tubuh terhadap tekanan sosial dan ekspektasi. Namun, dalam kuliah umum ini, Dr. Sumartono menekankan bahwa kecemasan bukanlah musuh yang harus dilawan, melainkan energi yang bisa diolah dan diarahkan menjadi kekuatan komunikasi. Perspektif ini mengubah cara pandang konvensional: bahwa gugup tidak harus dihindari, tetapi bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk tampil lebih hidup, lebih bersemangat, dan lebih terkoneksi dengan audiens. Kuncinya terletak pada pemahaman bahwa tubuh yang gelisah dan pikiran yang penuh kekhawatiran justru menandakan kesiapsiagaan. Adrenalin yang diproduksi saat gugup dapat meningkatkan fokus, mempertajam intuisi, dan membuat seseorang lebih peka terhadap reaksi audiens. Dengan kata lain, rasa takut bisa menjadi sumber tenaga bukan penghalang ketika kita mampu memanajemennya secara sadar. Proses mengubah kecemasan menjadi kekuatan dimulai dengan persiapan yang matang. Mengenal audiens, memahami materi, dan melakukan latihan berulang membuat otak merasa aman, yang secara otomatis menurunkan tingkat ketegangan. Teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, visualisasi positif, dan afirmasi diri berperan besar dalam menenangkan sistem saraf dan membangun kepercayaan diri. Selain itu, penguasaan bahasa tubuh menjadi alat penting untuk menciptakan kesan percaya diri meskipun hati masih berdebar. Kontak mata yang hangat, postur tubuh tegak, dan ekspresi wajah yang terbuka memberi sinyal kepada audiens bahwa pembicara hadir dengan niat baik dan penguasaan diri yang kuat. Yang tak kalah penting, Dr. Sumartono menyarankan agar kecemasan itu sendiri dijadikan bahan narasi. Membuka presentasi dengan cerita personal yang jujur, atau humor ringan tentang ketegangan yang dialami, bisa langsung mencairkan suasana dan membangun koneksi emosional dengan audiens. Pendekatan ini membuktikan bahwa keaslian lebih berharga dari kesempurnaan, dan bahwa keberanian muncul bukan karena tanpa rasa takut, melainkan karena mampu berdiri dan berbicara meskipun dengan rasa takut itu sendiri. Melalui pendekatan ini, public speaking tidak hanya menjadi alat menyampaikan pesan, tetapi juga media untuk membebaskan diri dari belenggu ketakutan, membangun kepercayaan diri, dan menyadari potensi terdalam yang dimiliki setiap individu. Kuliah umum ini merupakan kelanjutan dari kerja sama akademik antara kedua institusi, di mana sebelumnya Dr. Abdul Basit dari UMT telah menyampaikan materi bertajuk "Media, Society, and Public Perception: The Power of Communication in Shaping Public Discourse" dalam forum yang diselenggarakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Ekasakti pada Rabu 28 mei 2025. (Rudi- Media Center UNES-AAI) 0 komentar | komentar